
RESILIENSI INDONESIA 2045
Detail Produk RESILIENSI INDONESIA 2045
- JUDUL BUKU : RESILIENSI INDONESIA 2045 :
- KETEBALAN : 160 halaman :
- BAHASA : Bahasa Indonesia :
- PENULIS : Dr. Willy Susilo, S.Pd.,MBA & Dr. Desi Albert Mamahit, M.Sc :
- PENERBIT : PT. Vorqistatama Binamega, Jakarta :
- EDISI : Pertama Tahun 2023 :
- DIMENSI : 13,5 CM x 21 CM :
- ISBN : Dalam proses :
- HARGA: Rp 65.000 :
Description
SINOPSIS
Bangsa yang kuat tidak terbentuk dengan sendirinya. Sebaliknya, juga tidak ada bangsa yang lemah tanpa sebab-musabab. Secara empiris dapat dipelajari, bahwa ada bangsa-bangsa yang dulunya kuat sampai sekarang tetap kuat, dan yang dulunya lemah, sekarang menjadi kuat, dan yang sekarang lemah, dulunya adalah bangsa yang kuat. Di luar itu, ada juga bangsa-bangsa yang dari dulu sampai sekarang tidak mengalami kemajuan yang berarti. Bagaimana dengan Indonesia tahun 2045? Buku ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi resilensi suatu bangsa dan sekaligus menjawab pertanyaan itu.
PENGANTAR
Sejak Proklamasi 17-8-1945, berbagai ujian berat dialami oleh bangsa, negara dan pemerintah dalam perjalanan mengisi kemerdekaan. Berbagai persoalan, tantangan dan ancaman dihadapi oleh bangsa, negara, pemerintah dan masyarakat. Kemiskinan, ketidak-adilan, konflik sosial, intoleransi, krisis ekonomi, masalah lingkungan, kejahatan korupsi, penyalah-gunaan narkoba dan seterusnya. Belum lagi sempat persoalan-persoalan itu ditanggulangi, sudah muncul ancaman baru akibat kemajuan teknologi, perubahan geo-politik global,dst. Akibatnya negara dan pemerintah terus mengalami ketersendatan dalam pembangunan nasional untuk mengisi kemerdekaan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Namun kita bersyukur, meskipun persoalan, tantangan, ancaman tak pernah ada habis-habisnya, persatuan dan kesatuan bangsa tetap mampu ditegakan dan pembangunan nasional dapat tetap berjalan dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan.
UUD 1945 secara jelas menetapkan empat amanat konstitusi yaitu [1] melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; [2] memajukan kesejahteraan; [3] mencerdaskan kehidupan bangsa; [4] ikut menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Amanat konstitusi itu selanjutnya menjadi acuan dalam menetapan visi bangsa dan rujukan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang.
NKRI bercita-cita menjadi bangsa yang kuat, maju, adil, makmur. Pada usia ke sepuluh abad, tahun 2045, bangsa Indonesia ditargetkan menjadi salah satu dari 5 negara dengan ekonomi terkuat di dunia, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, menjadi bangsa yang unggul di berbagai bidang, kesejahteraan rakyat meningkat, pendapatan nasional mencapai USD 9.100 milyar, pendapatan per kapita di atas USD20.000, jumlah middle class mencapai sekitar 80% dan penduduk usia produktif 52% dari total populasi, rata-rata lama pendidikan minimal 12 tahun, dan jumlah lulusan SMA yang melanjutkan ke perguruan tinggi mencapai 60%. NKRI tetap utuh, keymanan dan ketahanan nasional kuat dan berwibawa di mata dunia.
Pertanyaannya, apakah cita-cita utopis itu bisa dicapai? Seluruh rakyat tentu berharap mimpi besar itu bisa menjadi kenyataan. Namun melihat situasi dan kondisi bangsa Indonesia sampai hari ini, pastilah tidak mudah untuk mewujudkan cita-cita itu. Hambatan, tantangan dan ancamannya yang dihadapi dan akan dihadapi sangat banyak dan multi-dimensi.Untuk menanggulangi seluruh hambatan, tantangan dan ancaman tidak bisa hanya dilakukan oleh Pemerintah sendiri, melainkan harus mampu membangun sinergi nasional, mengikut-sertakan seluruh stakeholders bangsa. Sedikitnya ada enam kelompok besar komponen bangsa yang mempengaruhi keberhasilan pembangunan Nasional untuk mewujudkan cita cita bangsa yaitu: Government, Academic, Business-industry, Community-Society, Information media, Political Party.
Buku ini membahas berbagai persoalan bangsa: hambatan, tantangan dan ancaman yang [akan] dihadapi bangsa, negara, pemerintah dan masyarakat dalam perjalanan bersama menuju Indonesia hebat 2045. Pemikiran, gagasan dan kritisi dalam buku ini merupakan sebuah perpaduan antara harapan untuk melihat perubahan bangsa menjadi lebih baik di masa depan dan ungkapan rasa keprihatinan melihat situasi dan kondisi kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat yang belum mapan dalam semua bidang kehidupan.
Kata-kata bijak yang mengawali penulisan buku ini adalah:“Lebih baik menyalakan sebuah lilin kecil, daripada mengutuki kegelapan”. Buku ini ibarat nyala sebuah lilin kecil. Tentu tidak cukup untuk menerangi kegelapan jalan yang panjang dan berliku menuju cita-cita bangsa yang begitu besar.
Namun betapapun kecilnya suatu kontribusi, adalah lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Sudah menjadi kewajiban bagi setiap warga negara untuk mendukung cita-cita bangsa, dan pada saat yang sama mendambakan dapat menikmati kehidupan yang aman, damai dan sejahtera. Adalah dosa bagi para pejabat negara dan pejabat politik yang telah berkuasa dan mengendalikan kekekayaan bangsa dan negara,namun tidak berupaya sekuat tenaga untuk melaksanakan pembangunan yang dapat membuat seluruh rakyat mengalami kehidupan yang aman, damai dan sejahtera. Pencapaian cita-cita bangsa bukanlah angka-angka statistik, yang bisa direkayasa, bukan juga untaian retorika para pejabat negara. Melainkan pencapaian kesejahteraan, rasa aman dan damai yang bisa dirasakan dan dilihat dengan kasat mata.
Semoga pemikiran, gagasan dan kritisi yang dituangkan dalam buku sederhana ini bisa sampai kepada para intelektual, terutama kelompok generasi yang [kelak] menduduki tampuk-tampuk kepemimpina nasional, dengan harapan dapat tergugah untuk menjadi catalyst perubahan.
DAFTAR ISI
A.PENGANTAR
B.RESILIENSI INDONESIA 2045
C. TUJUH BELAS PILAR RESILIENSI
- Pendidikan
- Kesehatan
- Ekonomi
- Industri
- Sosial-budaya
- Demokrasi dan politik
- Hukum
- Ideologi bangsa dan Negara
- Penjaminan dan perlindungan HAM
- Institusi pemerintahan
- Kepemimpinan nasional
- Sumber daya alam dan lingkungan hidup
- Pertanian dan sumber pangan nasionl
- Keamanan dan pertahanan
- Ilmu pengetahuan dan teknologi
- Infrastruktur konektivitas
- Data dan informasi
D. DELAPAN PRINSIP MEMBANGUN RESILIENSI
- Kebenaran objektif
- Ketuhanan
- Kemanusiaan
- Kesatuan dan persatuan
- Musyawarah dan mufakat
- Keadilan
- Kearifan dalam pengambilan keputusan
- Kesinambungan pembangunan
E. EMPAT PULUH LIMA INISIATIF
- Mereformasi sistem pendidikan nasional
- Meningkatkan mutu lulusan pendidikan
- Merasionalisasi jumlah perguruan tinggi
- Mengupayakan relevansi pendidikan vokasi
- Revitalisasi metodologi dan teknologi pembelajaran
- Mengefektifkan pendidikan Pancasila
- Mereformasi sistem rekrutmen nasional
- Mendayagunakan tehnokrat non-partai
- Mengupayakan penguatan budaya mutu
- Memberdayakan industri kecil dan menengah
- Mengefektifkan RPJP
- Meningkatkan efektivitas wajib belajar
- Meningkatkan jumlah intelektual
- Memperkuat sistem keamanan masyarakat
- Memasukan sistem berpikir dalam kurikulum
- Membangun budaya belajar secara mandiri
- Memperlebar akses permodalan wiraswasta pemula
- Merasionaisasi jumlah partai politik
- Meningkatkan kualitas dan efektivitas CSER
- Meningkatkan literasi teknologi
- Memperkuat karakter bangsa
- Membangun budaya hidup sederhana
- Memperkuat ketahanan dan pertahanan
- Membangun peradaban moral-intelektual DPR
- Menigkatkan sinergi POLRI dan TNI
- Membangun budaya membaca
- Merekonstruksi sejarah bangsa Indonesia
- Mendorong ekonomi hijau rakyat
- Menjaga integritas pemanfaatan data
- Membangun konektivitas sentra-sentra pertanian
- Mempercepat pembangunan infrastrukur kemaritiman..
- Mengefektifkan pencegahan penyalah-gunaan narkotika
- Mengembangkan knowledege management pembangunan
- Memberikan perhatian lebih besar ekonomi kerakyatan
- Mengembangkan inventarisasi kepakaran nasional
- Merevitalisasi pertanian rakyat
- Mengurangi dominasi asing terhadap kekayaan alam
- Mengantisipasi bahaya Artificial Intelligence
- Membangun budaya hijau nasional
- Memperketat pengamanan penerimaan negara
- Meningkatkan ketepatan penggunaan APBN
- Merevitalisasi industri pariwisata nasional
- Merevitalisasi koperasi kerakyataa
- Meningkatkan pemeliharaan fasum
- Meningkatkan kualitas pelayanan publik
PENUTUP
Bercita-cita menjadi negara maju, kuat, berdaulat, damai, adil dan sejahtera merupakan cita cita semua bangsa. Membuat Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional, semua negara juga bisa melakukannya. Yang tidak mudah dilakukan dan tidak bisa dilakukan oleh semua negara dan pemerintah adalah mengatasi permasalahan, tantangan dan ancaman yang timbul sepanjang perjalanan dan perjuangan mewujudkan cita-cita bangsa. Cita-cita menjadi negara maju dan kuat 2045 sangat berat. Pemerintah tidak mungkin melakukannya sendiri tanpa strategi dan sinergi dengan segenap komponen bangsa.
Oleh karena itu, kerja besar menuju Indonesia maju dan kuat, harus dilakukan bersama melalui sinergi totalitas dengan menggalang kekuatan seluruh komponen bangsa dan memanfaatkan sebesar-besarnya sumberdaya nasional.
RPJP untuk mewujudkan cita-cita bangsa menjadi negara yang maju dan kuat sudah dibuat.Tinggal diimplementasikan, dikoordinasikan dan dikomunikasikan dengan seluruh stakeholder, agar dapat dipahami dan menjadi visi bersama. Selanjutnya adalah eksekusi. Eksekusi perencanaan merupakan tahap yang paling berat dan kritis karena rentan deviasi dan ketidak-efektifan karena berbagai faktor ancaman, hambatan, tantangan dan kesulitan. Yang lebih banyak bersumber dari dalam negeri dan dalam institusi pemerintahan. Oleh karena itu selain diperlukan sistem pengawasan, monitoring, mengukuran, evaluasi dan pengendalian secara sistematis, juga diperlukan iklim yang kondusif serta yang lebih krusial adalah pembinaan mental dan moral segenap pihak yang terkait dengan pembangunan nasional.
Sejarah adalah guru terbaik. Banyak pembelajaran dari sejarah bangsa Indonesia. Bila tidak ada orang-orang besar hati di masa lalu yang rela berjuang dengan mengorbankan harta benda dan bahkan nyawa. Barangkali Nusantara tidak menjadi NKRI seperti hari ini. Perjuangan dalam rangka mengisi kemerdekaan masih diperlukan, bahkan harus lebih gigih dibandingkan perjuangan untuk lepas dari penjajah di masa lalu. Karena ancaman yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini bukan lagi kekuatan senjata melainkan kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang telah dikuasai oleh negara-negara maju. Ujud penjajahan di era modern yang paling berbahaya adalah penjajahan melalui teknologi dan ekonomi. Namun ancaman yang paling besar sesunguhnya adalah kebodohan. Dengan demikian, perjuangan untuk bisa sepenuhnya bebas dari penjajahan dalam arti yang luas, adalah membangun kecerdasan bangsa.
Dua puluh tahun adalah waktu yang relatif singkat. Bila waktu yang tersedia itu tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, kegagalan adalah taruhannya. Bila disederhanakan, konsep mengelola pemerintahan dan korporasi pada dasarnya sama secara prinsip. Keduanya mengelola sumber daya dan menyelesaikan permasalahan dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Hanya saja kompleksitas, permasalahan, tantangan dan ancaman yang dihadapi oleh masing-masing institusi berbeda dalam skala dan kompleksitas. Atas dasar itu, maka falsafah, konsep, sistem dan perencanaan [program kerja] pemerintah setidak-tidaknya harus mengikuti prinsip-prinsip keilmuan sistem dan keilmuan manajemen. Dari perspektif ilmu kesisteman, pengelolaan oleh pemerintahan selaku penyelenggara negara adalah mencakup tahapan:input, proses, output, outcome dan impact, yang dikemas dalam RPJP yang pelaksanaannya secara bertahap dan berkelanjutan yang dituangkan dalam APBN. Dari perspektif manajemen strategis, mencakup aspek: perumusan tujuan, analisa sumber daya, penetapan strategi, perumusan tujuan strategi, pemikiran inisiatif, penjabaran inisiatif, penetapan target-target secara terukur sampai tingkat kinerja yang dikehendaki.. Ouput dari kerja berdasarkan sistem dan manajemen adalah adalah blue print pembangunan dalam kurun waktu tententu dengan visi tercapainya tujuan yang diinginkan. Pertanyaannya, siapa yang paling bertanggung jawab untuk menjaga, mengawal, mengendalikan visi dan target yang telah dituangkan dalam RPJP dan dianggarkan secara tahunan lewat APBN? Bappenas/Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasiona tugas utamanya berdasarkan konstitusi adalah membuat perencanakan dengan input dari segenap lembaga negara dan masyarakat. Presiden adalah pemegang tongkat komando tertinggi untuk menggerakan pembangunan nasional berjalan lancar dan efektif secara estafet sesuai RPJP, dibantu para menteri yang diangkat oleh Presiden.
PENULIS
Desi Albert Mamahit adalah Laksamana Madya TNI [Purnawirawan] dengan Jabatan terakhir Kepala BAKAMLA [Badan Keamanan Laut] Republik Indonesia dan Rektor Universitas Pertahanan Indonesia. Pendidikan tertinggi Program Doktor Sekolah Bisnis IPB University, jurusan Business and Management, konsentrasi bidang pemasaran. Selepas dari kedinasan di Tentara Nasional Indonesia, aktif dalam beberapa organisasi sosial dan kegiatan usaha. Antara lain sebagai Ketua International Research and Development Indonesia (IRDI), Ketua Ju Jit Su Indonesia dan komisaris di beberapa perusahaan; Wakil Ketua Alumni Sekolah Bisnis IPB Univrsity.
Willy Susilo saat ini adalah konsultan manajemen strategis dengan pengalaman profesional yang sangat luas dalam bidang pendidikan tinggi, industri manufaktur dan bisnis. Pengalaman dalam dunia industri antara lain sebagai manajer pada perusahaan Salim Group, PT. Indocement Tunggal Prakarsa, selama lebih dari 17 tahun. Bekerja pada perusahaan Jardine Group, PT. Jardine Shipping Company, sebagai General Manager selama beberapa tahun. Pengalaman dalam dunia bisnis antara lain mendirikan PT.Vorqista Tama Binamega, dan menjadi Managing Director selama lebih dari 15 tahun. Sebagai konsultan, bersama tim telah membantu lebih dari 150 perusahaan dan beberapa perguruan tinggi untuk mengupayakan perubahan, perbaikan dan peningkatan sistem manajemen dan kinerja. Pengalaman dalam dunia pendidikan antara lain sebagai Wakil Rektor Bidang Akademik pada Institut Teknologi Harapan Bangsa [ITHB], Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan Bangsa. Pengalaman sebagai dosen antara lain sebagai dosen S1 pada Universitas Pelita Harapan [UPH]. Sebagai dosen paruh waktu pada Program MM Universitas Katolik Atmajaya Jakarta. Sebagai dosen tamu Unisersitas IPB. Sebagai dosen Magister Management [S2] dan Program Doktor [S3] di dua perguruan tinggi.