
POLITICAL WISDOM – Edukasi Politik dan Literasi Demokrasi untuk Indonesia Lebih Baik
Detail Produk POLITICAL WISDOM – Edukasi Politik dan Literasi Demokrasi untuk Indonesia Lebih Baik
- JUDUL BUKU : POLITICAL WISDOM - Edukasi Politik dan Literasi Demokrasi untuk Indonesia Lebih Baik
- KETEBALAN : 144 halaman
- BAHASA : Indonesia
- PENULIS : Laksamana Madya TNI [Purn] Dr. Desi Albert Mahamit, M.Sc & Dr. Willy Susilo, S.Pd., MBA
- PENERBIT : PT. Vorqistatama Bina Mega, Jakarta
- EDISI : Pertama tahun 2024
- ISBN : Dalam proses
- HARGA : Rp 50.000
Description
SINOPSIS
Politik bisa menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh. Menyatukan yang terserak dan menyerakan yang bersatu. Menguatkan yang lemah dan melemahkan yang kuat. Memutihkan yang hitam dan menghitamkan yang putih. Membuat teman menjadi musuh dan menjadikan musuh sebagai teman. Membawa kebaikan atau malah menimbulkan kerusakan. Tidak ada yang tidak mungkin dalam politik. Yang bisa membatasi pilihan strategi dan manuver politik kotor hanyalah niat mulia yang keluar dari pemikiran yang mendalam yang dibalut dengan idealisme dan nurani yang suci, membentuk tekad yang kuat untuk memperjuangkan kebaikan dan kemajuan. Politisi yang baik pasti akan menjauhi sikap dan perilaku yang bertentangan dengan nilai nilai kemanusiaan, moral, etika, integritas dan prinsip prinsip demokrasi, memegang teguh keyakinan bahwa kearifan yang keluar dari pemikiran yang dalam dan perenungan nurani yang jernih adalah penuntun utama dalam berpolitik, sehingga mampu menjauhi tindakan dan manuver yang menghalalkan segala cara untuk memperoleh kekuasaan. Bila saja political wisdom bisa ditumbuh-suburkan dalam perpolitikan di Indonesia, pastilah imbasnya positif, dapat dicegah rusaknya perekat kesatuan, persatuan dan pudarnya kedamaian dalam kehidupan bersama sebagai satu bangsa dan Negara.
PENGANTAR
A wisdom based decision [keputusan dilandasi kearifan] adalah suatu keputusan yang diambil berdasarkan acuan fakta, data, informasi, pengetahuan, keilmuan dan mendengarkan suara nurani pengambil keputusan serta mempertimbangkan imbas dari keputusan. Sebagai misal, proses legislasi oleh DPR yang hanya berorientasi untuk menghasilkan sebuah undang undang, atau proses peradilan yang hanya berpijak pada prosedur legal formal dalam memutus suatu perkara, belumlah memenuhi prinsip kearifan. Kearifan menilai suatu permasalahan secara lebih substansial, lebih luas, lebih mendalam dan kritis serta mendengarkan nurani agar keadilan dapat ditegakan berdasarkan kebenaran yang sebenar-benarnya dan kemanfaatan yang sebesar-besarnya dan menjauhkan kemudaratan sejauh-jauhnya.
Kearifan berpolitik merupakan comprehensive and deep considerations untuk mencegah manuver-manuver politik yang berpotensi menimbulkan imbas negatif. Berpolitik tanpa kearifan, bisa menghidupkan hukum rimba, merusak sendi-sendi hukum legal formal dan pilar-pilar demokrasi.
Politisi yang pandai dan bijak seharusnya menjauhkan sikap dan perilaku politik yang bertentangan dengan nilai nilai kemanusiaan, moral, etika, integritas dan prinsip prinsip demokrasi, memegang teguh keyakinan bahwa kearifan yang keluar dari pemikiran mendalam dan perenungan nurani yang jernih adalah penuntun utama dalam berpolitik.
Bagi NKRI sebagai negara demokrasi yang berazaskan hukum dan Pancasila, sudah seharusnya political wisdom menjadi fondasi dan panduan utama dalam kehidupan berbangsa, bernegara, berpolitik dan berdemokrasi.
Kearifan berpolitik yang dipadukan dengan idealisme dan tekad yang kuat untuk memperjuangkan kebaikan demi kemajuan bangsa dan negara, akan meningkatkan kualitas politik dan demokrasi untuk membawa bangsa menuju masa depan yang lebih baik. Bila saja seluruh insan politik mau dan mampu berkomitmen untuk mengedepankan political wisdom, pastilah dapat dicegah politik pragmatis yang bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi.
Political wisdom is common sense, but not a common practice. Ini adalah persoalan dan tantangan yang dihadapi politik nasional Indonesia.
Buku ini bukan kajian ilmiah. Oleh karenanya dalam pembahasan substansi tentang political wisdom, tidak tidak memberikan penekanan dimensi teori. Dalam pembahasan substansi ada lorong-lorong pemikiran yang minim cahaya, sehingga tidak cukup terang untuk melihat esensi-esensi pemikiran yang tidak dinarasikan secara eksplisit dan gamblang, karena berbagai keterbatasan. Namun secara keseluruhan substansi buku ini mudah dipahami. Karena penulisannya menggunakan narasi-narasi dan diksi-diksi yang dirangkai dengan gramatika sederhana yang biasa digunakan dalam penulisan populer. Pemikiran-pemikiran dalam buku ini lebih diterangi oleh cahaya yang dipancarkan dari fakta-fakta yang ada di publik yang muncul dalam berbagai peristiwa terkait pemilu 2024, dilengkapi opini penulis dan pemikiran-pemikiran dari kalangan akademisi yang disampaikan di publik.
Meskipun sederhana dan tidak ada novelty yang luar biasa, namun dalam kontek politik nasional, buku ini mungkin bisa menjadi triger diskusi secara lebih mendalam oleh para calon politisi, politisi pendatang baru, mahasiswa dan mahasiswa ilmu politik pada khususnya, serta masyarakat umum sebagai bacaan santai dan bahan pemikiran, perenungan dan pencerahan tentang politik dan demokrasi, khususnya dalam kontek kemelut perpolitikan di Tanah Air.
Kritisi dan masukan dari pembaca dalam aspek apa saja terkait buku ini bisa disampaikan melalui media komunikasi yang telah disediakan dalam buku ini. Semoga bermanfaat.